- Home>
- Something To Admire (Cerpen)
Posted by : anggi
Rabu, 26 Maret 2014
Mungkin pada saat mulutku berkata “aku tak bisa”, hatiku terasa memberontak dan sakit. Tapi kenyataan memaksaku untuk berkata seperti itu, aku merasa tidak ada lagi jalan yang dapat kutempuh, bahkan jalan yang selama ini kuanggap terang, seketika menjadi gelap, karena aku tahu tidak ada hatimu lagi disana.
Setiap hari aku selalu bertanya “Adakah kau menangis juga sama sepertiku? Adakah kau melihat bulan yang sama, di bawah langit malam ini, sama sepertiku?”
Ini membuatku merasa menyerah, bukan menyerah untuk menunggumu, tetapi aku menyerah pada sebuah kenyataan bahwa kau disana, tidak sedikit pun berpikir tentangku. Mungkin aku tidak benar-benar tahu bagaimana perasaanmu kepadaku, tapi ada sesuatu yang lain berbicara padaku, meski hati dan pikiran ini berusaha menolaknya.
Ini membuatku merasa menyerah, bukan menyerah untuk menunggumu, tetapi aku menyerah pada sebuah kenyataan bahwa kau disana, tidak sedikit pun berpikir tentangku. Mungkin aku tidak benar-benar tahu bagaimana perasaanmu kepadaku, tapi ada sesuatu yang lain berbicara padaku, meski hati dan pikiran ini berusaha menolaknya.
Ya sesuatu itu, yang kutolak sekaligus kukagumi dan bahkan kuinginkan untuk menjadi milikku.
TING!!!
“Wahh, masih ada juga yah yang mau nginbox gua. Bukannya semua orang gak ada yang benar-benar peduli”
Kuarahkan jemariku pada sesuatu yang bertuliskan Inbox(1).
Dan ternyata, sesuatu yang tidak kukenal namanya, mengirimkan sesuatu.
“Kak, kayaknya aku satu sekolah sama kakak deh?”
Aku memang sempat berpikir lama, siapa dia ini, mengapa sapaannya begitu akrab, aku tak habis pikir.
“Seriusan dek? Berarti bareng dong nih?”
“Iya kak, oh iya kakak kelas berapa memang?”
“Oh, itu. Aku sekarang kelas 12”
Perasaan yang aneh muncul, setelah mataku melotot terlalu lama untuk menunggu balasan, pikiran aneh kembali lagi “Ada apa ya sama anak ini, Cuma balasan inbox aja gua nunggu sampai jantung mau copot gini sih!”
“Wahh, masih ada juga yah yang mau nginbox gua. Bukannya semua orang gak ada yang benar-benar peduli”
Kuarahkan jemariku pada sesuatu yang bertuliskan Inbox(1).
Dan ternyata, sesuatu yang tidak kukenal namanya, mengirimkan sesuatu.
“Kak, kayaknya aku satu sekolah sama kakak deh?”
Aku memang sempat berpikir lama, siapa dia ini, mengapa sapaannya begitu akrab, aku tak habis pikir.
“Seriusan dek? Berarti bareng dong nih?”
“Iya kak, oh iya kakak kelas berapa memang?”
“Oh, itu. Aku sekarang kelas 12”
Perasaan yang aneh muncul, setelah mataku melotot terlalu lama untuk menunggu balasan, pikiran aneh kembali lagi “Ada apa ya sama anak ini, Cuma balasan inbox aja gua nunggu sampai jantung mau copot gini sih!”
TING!!!
Langsung saja aku berlari menuju sumber bunyi itu, yang kupikirkan hanyalah aku harus membalasnya, aku tidak ingin kehilangan momen percakapan dengan anak misterius ini. Aku ingin tahu lebih dalam.
“Kakak jurusan apa sih?”
“Saya jurusan IPA dek hhhh?”
“Nanti saya mau masuk jurusan MTK deh kak, ada gak sih?”
“Hhhh, kalo MTK gak ada dek, yang ada Cuma IPA sama IPS dek”
“Yahhh, sial, berarti gua ditipu dong?”
“Sudahlah, yang penting belajar yang rajin buat dapetin apa yang kamu pengen, pokoknya saya mendukung kamu lah dek”
Langsung saja aku berlari menuju sumber bunyi itu, yang kupikirkan hanyalah aku harus membalasnya, aku tidak ingin kehilangan momen percakapan dengan anak misterius ini. Aku ingin tahu lebih dalam.
“Kakak jurusan apa sih?”
“Saya jurusan IPA dek hhhh?”
“Nanti saya mau masuk jurusan MTK deh kak, ada gak sih?”
“Hhhh, kalo MTK gak ada dek, yang ada Cuma IPA sama IPS dek”
“Yahhh, sial, berarti gua ditipu dong?”
“Sudahlah, yang penting belajar yang rajin buat dapetin apa yang kamu pengen, pokoknya saya mendukung kamu lah dek”
Tak kusadari ternyata tanganku bergetar dan keringatku keluar membasahi sekujur telapak tangan, aku terlalu gugup hanya untuk membalas inbox nya. Ini seperti sedang berinteraksi dengan makhluk yang tidak kuketahui apa dan darimana asalnya.
Sudah lumayan lama aku menunggu balasan darinya, tetap disertai dengan gemetaranku yang tidak kunjung berhenti. Dan hingga larut malam, tak ada satu balasan yang datang dan membuatku kembali gemetaran.
Yang selalu aku pikirkan selama 2 hari ini adalah, bagaimana aku nanti jika bertemu dengannya, bisakah aku berteman dengannya.
Selama ini aku selalu berfikir “Ini bukanlah dunia nyata, ini hanyalah dunia buatan, semua orang dapat membuat pribadi mereka sendiri”
Dengan rasa penasaran yang amat sangat, aku membuka laptop ku, aku berencana berkunjung ke rumah seseorang dan mampir ke berandanya.
Dengan rasa penasaran yang amat sangat, aku membuka laptop ku, aku berencana berkunjung ke rumah seseorang dan mampir ke berandanya.
“Ayo dong connect, lama amat ya, harus cepet-cepet tau ini”
Aku memang selalu tertarik pada kepribadian seseorang. Aku memang banyak belajar tentang kepribadian, baik dari dunia nyata dan dunia tidak nyata.
“Siiip lahh, langsung kita meluncur”
Tidak butuh waktu yang cukup lama, akhirnya aku bisa masuk inbox yang membuatku menjadi anak aneh.
“Ouuww, itu dia namanya, tinggal copy terus paste di kotak pencarian”
Aku lakukan semua itu, semua yang ada di otakku. Dan aku sampai di rumahnya yang terbilang cukup indah. Ya, benar cukup indah, karena dihiasi foto profilnya yang tidak pernah kukenal sebelumnya.
“Sekarang lihat aboutnya”
“Ya ampun ternyata kita satu SMP, dan kamu punya ketertarikan yang sama, sama gua. Well, mungkin kita bisa berteman akrab nih nanti, semoga aja deh”
Aku memang selalu tertarik pada kepribadian seseorang. Aku memang banyak belajar tentang kepribadian, baik dari dunia nyata dan dunia tidak nyata.
“Siiip lahh, langsung kita meluncur”
Tidak butuh waktu yang cukup lama, akhirnya aku bisa masuk inbox yang membuatku menjadi anak aneh.
“Ouuww, itu dia namanya, tinggal copy terus paste di kotak pencarian”
Aku lakukan semua itu, semua yang ada di otakku. Dan aku sampai di rumahnya yang terbilang cukup indah. Ya, benar cukup indah, karena dihiasi foto profilnya yang tidak pernah kukenal sebelumnya.
“Sekarang lihat aboutnya”
“Ya ampun ternyata kita satu SMP, dan kamu punya ketertarikan yang sama, sama gua. Well, mungkin kita bisa berteman akrab nih nanti, semoga aja deh”
Sontak aku kaget, ternyata aku berbicara sendiri, aku tidak pernah melakukan itu, meskipun aku orang yang tertutup dan tidak pernah terbuka.
Mungkin aku senang dengan kepribadianku, yang tidak semua orang mengetahui, begitupun aku, aku sangat tertarik dengan kemisteriusan, dan berusaha mencari jawaban. Atau mungkin karena ketertarikan ku itulah yang membuatku menjadi misterius, menurutku.
Mungkin aku senang dengan kepribadianku, yang tidak semua orang mengetahui, begitupun aku, aku sangat tertarik dengan kemisteriusan, dan berusaha mencari jawaban. Atau mungkin karena ketertarikan ku itulah yang membuatku menjadi misterius, menurutku.
Hampir seharian aku selalu melihat ke dalam rumahnya, tetapi tetap saja tidak ada tanda-tanda kehidupan. Dan
TING!!!
“Iya kak, oh iya kak, besok tanggal 9 bawa apaan ya ke sekolah?”
“Wahh kalo itu kakak kurang tau juga dek, ntar ya aku tanyain temen aku dulu”
“Oke kak, tolong ya kak”
Aku langsung mengetik pesan singkat dengan cepat. Dan seketika sesuatu berngiang di kepalaku “Ternyata dia bukan tidak membalas pesan itu, dia hanya sudah pergi”
“Iya kak, oh iya kak, besok tanggal 9 bawa apaan ya ke sekolah?”
“Wahh kalo itu kakak kurang tau juga dek, ntar ya aku tanyain temen aku dulu”
“Oke kak, tolong ya kak”
Aku langsung mengetik pesan singkat dengan cepat. Dan seketika sesuatu berngiang di kepalaku “Ternyata dia bukan tidak membalas pesan itu, dia hanya sudah pergi”
Lama aku menunggu balasan pesan singkat temanku itu.
Aku melihatnya masih on dan aku merasa bahagia melihat titik hijau itu masih menyala di tab buddy list ku.
Dan akhirnya.
Aku melihatnya masih on dan aku merasa bahagia melihat titik hijau itu masih menyala di tab buddy list ku.
Dan akhirnya.
“Tanggal 9 bawa alat-alat kebersihan bro”
“Ok, thanks lah ya bro”
“Ok sama sama lah?”
“Ok, thanks lah ya bro”
“Ok sama sama lah?”
Langsung saja ku berpindah ke sisi lain handphone berpindah tasks dengan hati hati, lalu aku mengetik.
“Ini dek, katanya besok tanggal 9 bawa alat kebersihan, apa aja terserah”
“Oh gitu ya kak, kata temen aku sih juga gitu, tapi aku gak yakin sama anak itu, ya udah, makasih banyak ya kak”
“Sama-sama dek berjuang ya, hhhhh”
“Ini dek, katanya besok tanggal 9 bawa alat kebersihan, apa aja terserah”
“Oh gitu ya kak, kata temen aku sih juga gitu, tapi aku gak yakin sama anak itu, ya udah, makasih banyak ya kak”
“Sama-sama dek berjuang ya, hhhhh”
Hanya sedikit hari ini dapat kulihat dari anak ini, semuanya masih kurang cukup, aku harus mengetahui lebih dalam lagi.
Lagi, aku mampir ke rumahnya, dan mengingat-ingat gambar wajahnya, mungkin aku bisa mengenalnya lebih dalam.
Lagi, aku mampir ke rumahnya, dan mengingat-ingat gambar wajahnya, mungkin aku bisa mengenalnya lebih dalam.
Dan tiba saatnya hari pertama dimana aku dapat bertemu dengan sosok misterius ini, waktu dimana yang selalu aku tunggu selama beberapa minggu ini.
Tetapi hingga akhir jam sekolah aku tidak dapat menemukannya. Dan dengan mata yang hampir berair aku melihat sebuah wajah yang rasa-rasanya sangat familiar dan benar-benar kukenal. Dialah orangnya, orang yang benar-benar ingin kutemui. Tetapi semua berlalu begitu cepat, terlalu cepat untuk menghilang.
Tetapi saat-saat itu sangatlah berharga, aku takkan bisa melupakannya, selama 2 tahun yang cukup panjang bagi seseorang untuk melupakan yang lain, dan aku tersadar bahwa 2 tahun itu memaksaku untuk melupakannya sosoknya.
Aku benar-benar terkejut, ternyata dialah orang yang pernah aku lihat dan mungkin selalu aku perhatikan.
Aku merasa bersalah dengan melupakannya, dan bertemu disaat aku tidak mengingat apa-apa tentangnya.
Semakin aku mencoba mengingat sebuah bintik kecil kenangan, semakin aku tergelincir ke dalam kesesakan yang membuatku lupa akan hal itu.
Tetapi saat-saat itu sangatlah berharga, aku takkan bisa melupakannya, selama 2 tahun yang cukup panjang bagi seseorang untuk melupakan yang lain, dan aku tersadar bahwa 2 tahun itu memaksaku untuk melupakannya sosoknya.
Aku benar-benar terkejut, ternyata dialah orang yang pernah aku lihat dan mungkin selalu aku perhatikan.
Aku merasa bersalah dengan melupakannya, dan bertemu disaat aku tidak mengingat apa-apa tentangnya.
Semakin aku mencoba mengingat sebuah bintik kecil kenangan, semakin aku tergelincir ke dalam kesesakan yang membuatku lupa akan hal itu.
Libur yang panjang setelah pertemuan itu, selalu aku habiskan dengan berpikir bagaimana ini bisa terjadi.
Dan bahkan hingga sekarang aku tak dapat berkata ataupun menyapanya. Aku merasa takut akan sebuah kehilangan, tetapi tanganku terlalu takut untuk menggenggam agar aku tak kehilangan.
Dan bahkan hingga sekarang aku tak dapat berkata ataupun menyapanya. Aku merasa takut akan sebuah kehilangan, tetapi tanganku terlalu takut untuk menggenggam agar aku tak kehilangan.
Aku hanya berani menatapnya dari dalam jendela kelas yang membatasiku dengannya, aku hanya mampu melihatnya dari kejauhan, tanpa berani berkata “hei”.
Aku bahkan tidak tahu, apakah dia menyadari akan keberadaanku ini. Aku selalu menulis, dan aku membuat pesan di dalamnya. Tetapi apakah pesanku tersampaikan dengan baik kepadanya? Aku tidak mengerti, dan aku mungkin tidak akan pernah mengerti.
Aku bahkan tidak tahu, apakah dia menyadari akan keberadaanku ini. Aku selalu menulis, dan aku membuat pesan di dalamnya. Tetapi apakah pesanku tersampaikan dengan baik kepadanya? Aku tidak mengerti, dan aku mungkin tidak akan pernah mengerti.
Apa ini semua? Untuk apa semua ini terjadi?
Tiap kali aku melihat ke arahmu, ada sesuatu yang kukirimkan dan berharap kau menerimanya, dan aku mendapatkan sebuah reply yang kuharapkan. Yah, tapi tidak semua terjadi secara menyenangkan. Yang aku dapatkan memanglah setimpal, tapi sesuatu yang ku kirimkan itu, kau tidak menerimanya. Semua ini semakin membuatku yakin akan sesuatu tentang dirimu. Dan itu semua akan menjadi kenangan yang benar-benar nyata bagiku.
Aku hanya dapat mengagumimu, hanya sebatas itu. Karena aku pun tahu, mungkin kau takkan pernah bisa membuat tempat disana untukku, di hatimu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar