• Something To Admire (Cerpen)

    Mungkin pada saat mulutku berkata “aku tak bisa”, hatiku terasa memberontak dan sakit. Tapi kenyataan memaksaku untuk berkata seperti itu, aku merasa tidak ada lagi jalan yang dapat kutempuh, bahkan jalan yang selama ini kuanggap terang, seketika menjadi gelap, karena aku tahu tidak ada hatimu lagi disana.
    Setiap hari aku selalu bertanya “Adakah kau menangis juga sama sepertiku? Adakah kau melihat bulan yang sama, di bawah langit malam ini, sama sepertiku?”
    Ini membuatku merasa menyerah, bukan menyerah untuk menunggumu, tetapi aku menyerah pada sebuah kenyataan bahwa kau disana, tidak sedikit pun berpikir tentangku. Mungkin aku tidak benar-benar tahu bagaimana perasaanmu kepadaku, tapi ada sesuatu yang lain berbicara padaku, meski hati dan pikiran ini berusaha menolaknya.
    Ya sesuatu itu, yang kutolak sekaligus kukagumi dan bahkan kuinginkan untuk menjadi milikku.
    TING!!!
    “Wahh, masih ada juga yah yang mau nginbox gua. Bukannya semua orang gak ada yang benar-benar peduli”
    Kuarahkan jemariku pada sesuatu yang bertuliskan Inbox(1).
    Dan ternyata, sesuatu yang tidak kukenal namanya, mengirimkan sesuatu.
    “Kak, kayaknya aku satu sekolah sama kakak deh?”
    Aku memang sempat berpikir lama, siapa dia ini, mengapa sapaannya begitu akrab, aku tak habis pikir.
    “Seriusan dek? Berarti bareng dong nih?”
    “Iya kak, oh iya kakak kelas berapa memang?”
    “Oh, itu. Aku sekarang kelas 12”
    Perasaan yang aneh muncul, setelah mataku melotot terlalu lama untuk menunggu balasan, pikiran aneh kembali lagi “Ada apa ya sama anak ini, Cuma balasan inbox aja gua nunggu sampai jantung mau copot gini sih!”
    TING!!!
    Langsung saja aku berlari menuju sumber bunyi itu, yang kupikirkan hanyalah aku harus membalasnya, aku tidak ingin kehilangan momen percakapan dengan anak misterius ini. Aku ingin tahu lebih dalam.
    “Kakak jurusan apa sih?”
    “Saya jurusan IPA dek hhhh?”
    “Nanti saya mau masuk jurusan MTK deh kak, ada gak sih?”
    “Hhhh, kalo MTK gak ada dek, yang ada Cuma IPA sama IPS dek”
    “Yahhh, sial, berarti gua ditipu dong?”
    “Sudahlah, yang penting belajar yang rajin buat dapetin apa yang kamu pengen, pokoknya saya mendukung kamu lah dek”
    Tak kusadari ternyata tanganku bergetar dan keringatku keluar membasahi sekujur telapak tangan, aku terlalu gugup hanya untuk membalas inbox nya. Ini seperti sedang berinteraksi dengan makhluk yang tidak kuketahui apa dan darimana asalnya.
    Sudah lumayan lama aku menunggu balasan darinya, tetap disertai dengan gemetaranku yang tidak kunjung berhenti. Dan hingga larut malam, tak ada satu balasan yang datang dan membuatku kembali gemetaran.
    Yang selalu aku pikirkan selama 2 hari ini adalah, bagaimana aku nanti jika bertemu dengannya, bisakah aku berteman dengannya.
    Selama ini aku selalu berfikir “Ini bukanlah dunia nyata, ini hanyalah dunia buatan, semua orang dapat membuat pribadi mereka sendiri”
    Dengan rasa penasaran yang amat sangat, aku membuka laptop ku, aku berencana berkunjung ke rumah seseorang dan mampir ke berandanya.
    “Ayo dong connect, lama amat ya, harus cepet-cepet tau ini”
    Aku memang selalu tertarik pada kepribadian seseorang. Aku memang banyak belajar tentang kepribadian, baik dari dunia nyata dan dunia tidak nyata.
    “Siiip lahh, langsung kita meluncur”
    Tidak butuh waktu yang cukup lama, akhirnya aku bisa masuk inbox yang membuatku menjadi anak aneh.
    “Ouuww, itu dia namanya, tinggal copy terus paste di kotak pencarian”
    Aku lakukan semua itu, semua yang ada di otakku. Dan aku sampai di rumahnya yang terbilang cukup indah. Ya, benar cukup indah, karena dihiasi foto profilnya yang tidak pernah kukenal sebelumnya.
    “Sekarang lihat aboutnya”
    “Ya ampun ternyata kita satu SMP, dan kamu punya ketertarikan yang sama, sama gua. Well, mungkin kita bisa berteman akrab nih nanti, semoga aja deh”
    Sontak aku kaget, ternyata aku berbicara sendiri, aku tidak pernah melakukan itu, meskipun aku orang yang tertutup dan tidak pernah terbuka.
    Mungkin aku senang dengan kepribadianku, yang tidak semua orang mengetahui, begitupun aku, aku sangat tertarik dengan kemisteriusan, dan berusaha mencari jawaban. Atau mungkin karena ketertarikan ku itulah yang membuatku menjadi misterius, menurutku.
    Hampir seharian aku selalu melihat ke dalam rumahnya, tetapi tetap saja tidak ada tanda-tanda kehidupan. Dan
    TING!!!
    “Iya kak, oh iya kak, besok tanggal 9 bawa apaan ya ke sekolah?”
    “Wahh kalo itu kakak kurang tau juga dek, ntar ya aku tanyain temen aku dulu”
    “Oke kak, tolong ya kak”
    Aku langsung mengetik pesan singkat dengan cepat. Dan seketika sesuatu berngiang di kepalaku “Ternyata dia bukan tidak membalas pesan itu, dia hanya sudah pergi”
    Lama aku menunggu balasan pesan singkat temanku itu.
    Aku melihatnya masih on dan aku merasa bahagia melihat titik hijau itu masih menyala di tab buddy list ku.
    Dan akhirnya.
    “Tanggal 9 bawa alat-alat kebersihan bro”
    “Ok, thanks lah ya bro”
    “Ok sama sama lah?”
    Langsung saja ku berpindah ke sisi lain handphone berpindah tasks dengan hati hati, lalu aku mengetik.
    “Ini dek, katanya besok tanggal 9 bawa alat kebersihan, apa aja terserah”
    “Oh gitu ya kak, kata temen aku sih juga gitu, tapi aku gak yakin sama anak itu, ya udah, makasih banyak ya kak”
    “Sama-sama dek berjuang ya, hhhhh”
    Hanya sedikit hari ini dapat kulihat dari anak ini, semuanya masih kurang cukup, aku harus mengetahui lebih dalam lagi.
    Lagi, aku mampir ke rumahnya, dan mengingat-ingat gambar wajahnya, mungkin aku bisa mengenalnya lebih dalam.
    Dan tiba saatnya hari pertama dimana aku dapat bertemu dengan sosok misterius ini, waktu dimana yang selalu aku tunggu selama beberapa minggu ini.
    Tetapi hingga akhir jam sekolah aku tidak dapat menemukannya. Dan dengan mata yang hampir berair aku melihat sebuah wajah yang rasa-rasanya sangat familiar dan benar-benar kukenal. Dialah orangnya, orang yang benar-benar ingin kutemui. Tetapi semua berlalu begitu cepat, terlalu cepat untuk menghilang.
    Tetapi saat-saat itu sangatlah berharga, aku takkan bisa melupakannya, selama 2 tahun yang cukup panjang bagi seseorang untuk melupakan yang lain, dan aku tersadar bahwa 2 tahun itu memaksaku untuk melupakannya sosoknya.
    Aku benar-benar terkejut, ternyata dialah orang yang pernah aku lihat dan mungkin selalu aku perhatikan.
    Aku merasa bersalah dengan melupakannya, dan bertemu disaat aku tidak mengingat apa-apa tentangnya.
    Semakin aku mencoba mengingat sebuah bintik kecil kenangan, semakin aku tergelincir ke dalam kesesakan yang membuatku lupa akan hal itu.
    Libur yang panjang setelah pertemuan itu, selalu aku habiskan dengan berpikir bagaimana ini bisa terjadi.
    Dan bahkan hingga sekarang aku tak dapat berkata ataupun menyapanya. Aku merasa takut akan sebuah kehilangan, tetapi tanganku terlalu takut untuk menggenggam agar aku tak kehilangan.
    Aku hanya berani menatapnya dari dalam jendela kelas yang membatasiku dengannya, aku hanya mampu melihatnya dari kejauhan, tanpa berani berkata “hei”.
    Aku bahkan tidak tahu, apakah dia menyadari akan keberadaanku ini. Aku selalu menulis, dan aku membuat pesan di dalamnya. Tetapi apakah pesanku tersampaikan dengan baik kepadanya? Aku tidak mengerti, dan aku mungkin tidak akan pernah mengerti.
    Apa ini semua? Untuk apa semua ini terjadi?
    Tiap kali aku melihat ke arahmu, ada sesuatu yang kukirimkan dan berharap kau menerimanya, dan aku mendapatkan sebuah reply yang kuharapkan. Yah, tapi tidak semua terjadi secara menyenangkan. Yang aku dapatkan memanglah setimpal, tapi sesuatu yang ku kirimkan itu, kau tidak menerimanya. Semua ini semakin membuatku yakin akan sesuatu tentang dirimu. Dan itu semua akan menjadi kenangan yang benar-benar nyata bagiku.
    Aku hanya dapat mengagumimu, hanya sebatas itu. Karena aku pun tahu, mungkin kau takkan pernah bisa membuat tempat disana untukku, di hatimu.

    0 komentar

  • Upacara Pernikahan Adat Lampung

    Upacara Pernikahan Adat Lampung


    Pernikahan merupakan fitrah manusia yang merupakan anugerah dari Allah. Puncak wujud cinta dari dua insan yang berlainan jenis yang saling mencintai. Tujuan dari pernikahan diantaranya menyempurnakan separuh agama, sunah rosul, pemenuhan kebutuhan lahir dan batin dan menlestarikan keturunan. Pernikahan tak lepas dari hal manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa sendirian dan selalu membutuhkan orang lain. Begitu juga dengan masyarakat Lampung Timur yang memandang pernikahan adalah peristiwa sakral. Peristiwa yang menyatukan dua manusia dan dihalalkannya hal-hal yang sebelumnya haram antar lawan jenis.
    Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan tradisi yang berbeda-beda dari berbagai suku bangsa. Masing-masing suku bangsa memiliki kekhasan masing-masing yang merupakan warisan dari leluhur yang mengandung nilai-nilai luhur. Upacara adat pernikahan adalah salah satu tradisi yang memiliki kekhasan di tiap suku bangsa.
    Perkawinan merupakan realisasi cinta tertinggi bagi insan yang saling mencintai untuk bersatu. Berawal dari ketertarikan lalu tumbuhlah menjadi cinta. Sudah menjadi fitrah dan hukum alam manusia diciptakan berpasang-pasangan. Dari pernikahan inilah jadilah keluarga. Mendapatkan keturunan dan menjadi keluarga yang sakinah warahmah adalah cita-cita bagi setiap pasangan suami istri.
    Pernikahan tidak hanya menyatukan dua insan berlainan jenis, akan tetapi juga merupakan penyatuan dua keluarga. Itulah mengapa dalam upacara pernikahan melibatkan keluarga dan kerabat. Semua orang pasti mengharapkan pernikahan yang sah, direstui orang tua, sesuai aturan adat terlebih aturan agama.
    Tiap-tiap daerah memiliki tata cara tersendiri dalam melangsungkan upacara pernikahan. Menurut masyarakat Lampung, idealnya pernikahan dilakukan oleh sesama umat Islam dan bersuku bangsa Lampung. Adat istiadat masyarakat Lampung dibedakan kedalam dua golongan adat yaitu Pepaduan dan Peminggir. Adat istiadat Pepaduan dipakai oleh orang Lampung yang tinggal di kawasan Abung, Way Kanan / Sangkai, Tulang bawang & Pubian bagian pedalaman. Orang pepaduan juga mengenal tingkatan sastra social dalam masyarakatnya. Hal ini bias dilihat dari berbagai atribut, misalnya golongan bangsawanmembawa keris sebagai tanda mereka menyandang gelar kehormatan yang tidak dimiliki oleh kalangan masyarakat biasa. Perbedaan antara kalangan bangsawan dan rakyat biasa juga dapat dilihat dalam penyelenggaraan upacara perkawinan yang disebut begawei atau cacak Pepaduan. Masyarakat Pepaduan juga melarang perkawinan diantara orang-orang yang dianggap tidak sederajat sebab hal ini dapat dianggap sebagai aib jika tetap dilaksanakan. Orang yang berbeda di lapisan atas akan turun derajatnya mengikuti pasangannya yang memiliki status lebih rendah.
    Tetapi untuk masa sekarang ini, pelapisan social seperti tadi lebih di pengaruhi oleh factor senioritas, umur, pendidikan, segi materi atau ketaatan seseorang pada agamanya.
    Ada beberapa bentuk perkawinan menurut masyarakat Pepaduan, di antaranya :
    1.      Bentuk kawin jujur. Dasar pemikiran tersebut lebih menekankan pada tanggung jawab pihak laki-lakidan menempatkan posisi keturunan (anak) dengan garis keturunan. Ciri utama perkawinan jujur adalah pihak laki-laki menyerahkan sejumlah uang jujur “segheh/segoh”, yang bermakna sebagai pengganti pemutusan hubungan sang wanita dengan keluarganya. Dia masuk ke dalam keluarga suami atau keluarga laki-laki yang umumnya terdiri atas nilai 6, 12, 24 bergantung pada status anak gadis dan keluarganya. Konsekuensi bentuk perkawinan ini, sang istri putus hubungan dengan keluarganya dan tinggal di rumah laki-laki (keluarga laki-laki), Keturunan atau anak akan mengikuti garis keturunan melalui garis ayah.
    2.      Bentuk perkawinan “semanda”  yang merupakan kebalikan dari kawin jujur. Dalam hal ini, suami masuk ke dalam kelompok keluarga istri dan putus jurainya dan keluarganya. Keturunan ditarik melalui garis ibu.
    3.      Perkawinan pineng ngerabung sanggar. Pada prinsipnya perkawinan ini harus melakukan upacara “gawi di tempat gadis, dan “bergawi” di tempat bujang, dan kedua belah pihak harus memotong kerbau atau sapi. Setelah ada kesepakatan antara pihak keluarga bujang dan gadis tentang tanggal pernikahan dan hari yang pasti, karena gadis melakukan musyawarah keluarga besar beserta kerabatnya. Selanjutnya, keluarga dan atau penyimbang gadis menyampaikan maksud dan tujuan untuk melakukan acara pernikahan pineng ngerbung sanggar, kepada ketua adat, yakni penyeimbang adat kampung. Selain itu, pihak keluarga membentuk kepanitian dengan sebutan memattuan, yaitu pembentukan personalia pelaksanaan dan pengatur gawi (panitia gawi) dan pembahasan silsilah keluarga yang mengadakan gawi.
    Keputusan musyawarah (perawitan) secara lengkap dilaporkan kepada keluarga yang bergawi melaui lalang, Yang datang biasanya terdiri dari 2 orang penyeimbang yang berstatus sebagai penghubung. Apabila laporan musyawarah dapat disetujui oleh keluarga,acara gawi dapat dilanjutkan pada hari yang telah ditentukan. Pelaksanaan guraw tarei (acara gawi) maknanya adalah visualisasi dari segala sesuatu yang telah disepakati dalam musyawarah perawitan adar kampung. Secara umum lancarnya tahap demi tahap acara gawi sepenuhnya dikendalikan oleh penglaku tuho.
    Pelaksanaan guraw tarei ini melalui beberapa tahap acara, di antaranya ngekuruk temui (menjemput tamu), cangget pilangan, temew ditunjuj, patcah aji (nikah menurut adat kampung), dan bebekas (ngettarken) pelepasan mempelai wanita (dilakukan serah terima gadis kepada keluarga bujang).
    Penentuan pasangan dalam sebuah perkawinan, idealnya berasal dari kelompok kekerabatan atau marganya. Jika di kemudian hari muncul kesadaran untuk kembali lagi ke lingkungan kerabatnya, ia harus menebusnya dengan menyembelih kerbau. Baru kemudian secara adat dia diterima kembali sebagai komunitas adatnya

    Rangkaian Prosesi Pernikahan
    Nindai / Nyubuk
    Ini merupakan proses dimana pihak keluarga calon pengantin pria akan meneliti atau menilai apakah calon istri anaknya. Yang dinilai adalah dari segi fisik & perilaku sang gadis. Pada Zaman dulu saat upacara begawei (cacak pepaduan) akan dilakukan acara cangget pilangan yaitu sang gadis diwajibkan mengenakan pakaian adat & keluarga calon pengantin pria akan melakuakn nyubuk / nindai yang diadakan di balai adat.
    Be Ulih – ulihan (bertanya)
    Apabila proses nindai telah selesai dan keluarga calon pengantin pria berkenan terhadap sang gadis maka calon pengantin pria akan mengajukan pertanyaan apakah gadis tersebut sudah ada yang punya atau belum, termasuk bagaimana dengan bebet, bobot, bibitnya. Jika dirasakan sudah cocok maka keduanya akan melakukan proses pendekatan lebih lanjut.
    Bekado
    Yaitu proses dimana keluarga calon pengantin pria pada hari yang telah disepakati mendatangi kediaman calon pengantin wanita sambil membawa berbagai jenis makanan & minuman untuk mengutarakan isi hati & keinginan pihak keluarga.
    Nunang (melamar)
    Pada hari yang disepakati kedua belah pihak, calon pengantin pria datang melamar dengan membawa berbagai barang bawaan secara adat berupa makanan, aneka macam kue, dodol, alat untuk merokok, peralatan nyireh ugay cambia (sirih pinang). Jumlah dalam satu macam barang bawaan akan disesuaikan dengan status calon pengantin pria berdasarkan tingkatan marga (bernilai 24), tiyuh (bernilai 12), dan suku (berniali 6). Dalam kunjungan ini akan disampaikan maksud keluarga untuk meminang anak gadis tersebut.
    Nyirok (ngikat)
    Acara ini biasa juga dilakukan bersaman waktunya dengan acara lamaran. Biasanya calon pengantin pria akan memberikan tanda pengikat atau hadiah istimewa kepada gadis yang ditujunya berupa barang perhiasan, kain jung sarat atau barang lainnya. Hal ini sebagai symbol ikatan batin yang nantinya akan terjalin diantara dua insan tersebut.
    Acara nyirok ini dilakukan dengan cara orang tua calon pengantin pria mengikat pinggang sang gadis dengan benang lutan (benang yang terbuat dari kapas warna putih, merah, hitam atau tridatu) sepanjang satu meter. Hal ini dimaksudkan agar perjodohan kedua insane ini dijauhkan dari segala penghalang.
    Menjeu ( Berunding)
    Utusan keluarga pengantin pria datang kerumah orang tua calon pengantin wanita untuk berunding mencapai kesepakatan bersama mengenai hal yang berhubungan denagn besarnya uang jujur, mas kawin, adat yang nantinya akan digunakan, sekaligus menentukan tempat acara akad nikah dilangsungkan. Menurut adat tradisi Lampung, akad nikah biasa dilaksanakan di kediaman pengantin pria.
    Sesimburan (dimandikan)
    Acara ini dilakukan di kali atau sumur dengan arak-arakan dimana calon pengantin wanita akan di payungi dengan paying gober & diiringi dengan tabuh-tabuhan dan talo lunik. Calon pengantin wanita bersama gadis-gadis lainnya termasuk para ibu mandi bersama sambil saling menyimbur air yang disebut sesimburan sebagai tanda permainan terakhirnya sekaligus menolak bala karena besok dia akan melaksanakan akad nikah.
    Betanges (mandi uap)
    Yaitu merebus rempah-rempah wangi yang disebut pepun sampai mendidih lalu diletakkan dibawah kursi yang diduduki calon pengantin wanita. Dia akan dilingkari atau ditutupi dengan tikar pandan selama 15-25 menit lalu atasnya ditutup dengan tampah atau kain. Dengan demikian uap dari aroma tersebut akan menyebar keseluruh tubuh sang gadis agar pada saat menjadi pengantin akan berbau harum dan tidak mengeluarkan banyak keringat.
    Berparas (cukuran)
    Setelah bertanges selesai selanjutnya dilakukan acara berparas yaitu menghilangkan bulu-bulu halus & membentuk alis agar sang gadis terlihat cantik menarik. Hal ini juga akan mempermudah sang juru rias untuk membentuk cintok pada dahi dan pelipis calon pengantin wanita. Pada malam harinya dilakukan acara pasang pacar (inai) pada kuku-kuku agar penampilan calon pengantin semakin menarik pada keesokan harinya.
    Upacara akad nikah atau ijab kabul
    Menurut tradisi lampung, biasanya pernikahan dilaksanakan di rumah calon mempelai pria, namun dengan perkembangan zaman dan kesepakatan, maka akad nikah sudah sering diadakan di rumah calon mempelai wanita.
    Rombongan calon mempelai pria diatur sebagai berikut :
    - Barisan paling depan adalah perwatin adat dan pembarep (juru bicara)
    - Rombongan calon mempelai pria diterima oleh rombongan calon mempelai wanita dengan barisan paling depan pembarep pihak calon mempelai wanita.
    - Rombongan calon pengantin pria dan calon pengantin wanita disekat atau dihalangi dengan Appeng (rintangan kain sabage/cindai yang harus dilalui).
    setelah tercapai kesepakatan, maka juru bicara pihak calon pengantin pria menebas atau memotong Appeng dengan alat terapang. Baru rombongan calon pengantin pria dipersilahkan masuk dengan membawa seserahan berupa : dodol, urai cambai (sirih pinang), juadah balak (lapis legit), kue kering, dan uang adat. Kemudian calon pengantin pria dibawa ke tempat pelaksanaan akad nikah, didudukan di kasur usut. Selesai akad nikah, selain sungkem (sujud netang sabuk) kepada orangtua, kedua mempelai juga melakukan sembah sujud kepada para tetua yang hadir.
    SESUDAH PERNIKAHAN
    Upacara Ngurukken Majeu/Ngekuruk
    Mempelai wanita dibawa ke rumah mempelai pria dengan menaiki rato, sejenis kereta roda empat dan jepanon atau tandu. Pengantin pria memegang tombak bersama pengantin wanita dibelakangnya. Bagian ujung mata tombak dipegang pengantin pria, digantungi kelapa tumbuh dan kendi berkepala dua, dan ujung tombak bagian belakang digantungi labayan putih atau tukal dipegang oleh pengantin wanita, yang disebut seluluyan. Kelapa tumbuh bermakna panjang umur dan beranak pinak, kendi bermakna keduanya hendaknya dingin hati dan setia dunia sampai akhirat, dan lebayan atau benang setungkal bermakna membangun rumah tangga yang sakinah dan mawadah. pengantin berjalan perlahan diiringi musik tradisional talo balak, dengan tema sanak mewang diejan.
    Tabuhan Talo Balak
    Sesampai di rumah pengantin pria, mereka disambut tabuhan talo balak irama girang-girang dan tembakan meriam, serta orangtua dan keluarga dekat mempelai pria, sementara itu, seorang ibu akan menaburkan beras kunyit campur uang logam.
    Berikutnya pengantin wanita mencelupkan kedua kaki kedalam pasu, yakni wadah dari tanah liat beralas talam kuningan, berisi air dan anak pisang batu, kembang titew, daun sosor bebek dan kembang tujuh rupa, pelambang keselamapan, dingin hati dan berhasil dalam rumah tangga. Lalu dibimbing oleh mertua perempuan, pengantin wanita bersama pengantin pria naik ke rumah, didudukan diatas kasur usut yang digelar didepan appai pareppu atau kebik temen, yaitu kamat tidur utama. Kedua mempelai duduk bersila dengan posisi lutut kiri mempelai pria menindih lutut mempelai wanita. Maknanya agar kelak mempelai wanita patuh pada suaminya. Selanjutnya siger mempelai wanita diganti dengan kanduk tiling atau manduaro (selendang dililit di kepala),dan dimulailah serangkaian prosesi:
    1.      ibu mempelai pria menyuapi kedua mempelai , dilanjutkan nenek serta tante.
    2.      Lalu ibu mempelai wanita menyuapi kedua mempelai, diikuti sesepuh lain.
    3.      Kedua mempelai makan sirih dan bertukar sepah antara mereka.
    4.      istri kepala adat memberi gelar kepada kedua mempelai, menekan telunjuk tangan kiri diatas dahi kedua mempelai secara bergantian, sambil berkata : sai(1), wow (2), tigou(3), pak(4), limau(5), nem(6), pitew(7), adekmu untuk mempelai pria Ratu Bangsawan, untuk mempelai wanita adekmu Ratu Rujungan.
    5.      Netang sabik yaitu mempelai pria membuka rantai yang dipakai mempelai wanita sambil berkata : “Nyak natangken bunga mudik, setitik luh mu temban jadi cahyo begito bagiku”, lalu dipasangkan di leher adik perempuannya, dengan maksud agar segera mendapat jodoh.
    6.      Kedua mempelai menaburkan kacang goreng dan permen gula-gula kepada gadis-gadis yang hadir, agar mereka segera mendapat jodoh.
    7.      Seluruh anak kecil yang hadir diperintahkan merebut ayam panggang dan lauk pauk lain sisa kedua mempelai, dengan makna agar segera mendapat keturunan.

    0 komentar

  • Copyright © 2014 - Nisekoi - All Right Reserved

    += Welcome To My Blog =+ Powered by Blogger - Designed by Anggi Setiawan